Selasa, 27 Mei 2008

PILI dan IdOU meluncurkan buku Daftar Burung Indonesia no. 2

Daftar Burung Indonesia No. 2 Halaman 157 halaman

Penulis: Wishnu Sukmantoro, Mohammad Irham, Wilson Novarino, FerryHasudungan, Neville Kemp, Muchamad Muchtar

Penerbit: PILI Publising

Siaran Pers Launching BukuIdOU (IndonesianOrnithologists¢ Union), LIPI, Pusat Informasi Lingkungan Indonesia (PILI) danOriental Bird Club (OBC) bekerjasama mewujudkan sebuah buku yang palingbersejarah bagi perkembangan ornitologi di Indonesia yaitu Daftar BurungIndonesia no. 2 (DBI no. 2). Buku tersebut merupakan kelanjutan dari Buku DBIno. 1 yang diterbitkan tahun 1992. Dalam prosesnya, buku yang mulai digarapsejak tahun 2005 ini mendapatkan kontribusi dari para ahli perburungan diIndonesia, Malaysia, Jepang, Australia, Belanda, Inggris dan Amerika.

Buku setebal 160 halaman tersebut telahmemasukkan dan mengklasifikasikan 1598 spesies burung di Indonesia. Yangmenarik dari DBI no. 2 ini adalah, bahwa selama kurun waktu 1992-2007 telahterjadi penambahan 71 spesies baru dan mengeluarkan 6 spesies yang secara taksonomi terbaru dan kondisi penyebaran secara geografis dinyatakan tidakmasuk di wilayah Indonesia. Buku tersebut juga mengungkapkan terjadinya pengurangan12 spesies burung endemik di Indonesia.Adapun salah satu penyebab pengurangan tersebut adalah berubahnya status beberapa spesies endemik akibat pemisahan Timor Leste dari Indonesia.

Buku DBI no. 2 menggunakan landasan taksonomidari buku daftar burung Peters¢ sequence. Buku Peters¢ sequence pertamakali diterbitkan pada tahun 1936 oleh Peters yang kemudian diperbaharui dandiikuti oleh banyak ahli taksonomi di seluruh dunia. Buku Peters¢ sequence lebih mengedepankan klasifikasi berdasarkan morfologi dan geografis dalammembedakan spesies satu dengan yang lain. Dalam perkembangan lebih lanjut sejakditemukannya DNA, beberapa ahli taksonomi memasukkan unsur-unsur analisa DNAmenjadi faktor pendukung dalam melakukan klasifikasi bersama-sama dengan kajianmorfologinya. Di seluruh dunia selain
Peters¢ sequence, juga terdapat Sibley Monroe sequence, Clements Sequence dan Howard & Moore sequence sebagai rujukan taksonomi.

Informasi lebih lanjut silahkan menghubungi:PILI-NGO Movement
Jl. Tumenggung Wiradireja No. 216 Cimahpar, Bogor, Jawa Barat
Telp. 0251-657002
Fax. 0251-657171
Email: ngo-move@...
Website. www.pili.or.id

sumber: milis lingkungan

SPESIES BARU BURUNG KACAMATA TOGIAN DITEMUKAN DI SULTENG

Jakarta, 14/3/2008 (Kominfo-Newsroom) – Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) berhasil menemukan suatu spesies burung baru dari Kepulauan Togian, Teluk Tomini, Sulawesi Tengah, yakni burung Kacamata Togian.
“Penemuan spesies baru dan pertelaan ilmiah ini dipublikasikan dalam Wilson Journal of Omithology edisi terbaru (Maret 2008), yang merupakan salah satu jurnal omitologi paling terkemuka di Amerika Serikat,” kata Peneliti Senior Dr. Dewi Prawiradilaga pada presentasi spesies di Kepulauan Togian, Sulteng dan peluncuran buku daftar jenis burung Indonesia di Museum Zoologi, LIPI, Cibinong, Jumat (14/3).
Burung Kacamata Togian dipertelakan dan diperkenalkan bagi ilmu pengetahuan 12 tahun setelah pertama kali diamati di lapangan. Penemuan lapangan dilakukan oleh Indrawan dan Sunarto, peneliti lapangan dari Universitas Indonesia.
Sementara pertelaan jenis baru tersebut diselesaikan melalui kerjasama dengan Dr. Pameia Rasmussen dari Michigan State University, seorang ahli taksonomi terkemuka di dunia yang mengambil spesialisasi spesies burung Asia.
Burung-burung kacamata merupakan kumpulan spesies yang bertubuh kecil, berwarna kehijauan, dan umumnya memiliki lingkar mata berwarna putih. Dalam perilaku, mereka sangat aktif bergerak dalam kelompok-kelompok kecil.
Indonesia memiliki berbagai spesies kacamata atau Zosterops. Di Sulawesi dan pulau-pulau sekelilingnya terdapat tidak kurang dari 10 satuan-satuan spesies dan sub spesies (taksa) yang di dalamnya terdapat enam spesies.

Berdasarkan penelitian terdahulu oleh Rasmussen dkk, jumlah taksa tersebut di Sulawesi dan pulau-pulau kecil di sekelilingnya mencapai 15 taksa, termasuk 9 atau 10 spesies Zostarops.

Sebaran berbagai taksa burung kacamata tersebut kebanyakan tidak tumpang tindih, dan beberapa spesies Kacamata hanya terdapat di satu atau dua bagian Pulau Sulawesi.
Dewi menjelaskan, burung Kacamata Togian berbeda dengan spesies Kacamata lainnya, karena tidak memiliki lingkaran putih di sekeliling mata. Mata spesies Kacamata Togian berwarna kemerahan, dan warna paruhnya lebih kemerahan di bandingkan yang lain.
Sayangnya, pada saat ditemukan, spesies Kacamata Togian harus langsung digolongkan genting kepunahan berdasarkan International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN). Walaupun di daratan utama Sulawesi burung-burung kacamata seringkali melimpah, kacamata Togian tersebut ternyata hanya ditemukan di pesisir beberapa pulau kecil di Kepulauan Togian, Sulawesi Tengah.
Berdasarkan penemuan spesies baru burung kacamata tersebut, Kepulauan Togian pun memenuhi persyaratan untuk ditetapkan sebagai daerah burung endemik (DBE). Selain itu, berdasarkan kesepakatan pengetahuan konservasi (menggunakan kriteria yang dibuat oleh lembaga pelestarian internasional Bird Life International), hanya dibutuhkan dua spesies endemik (yang hanya terdapat di daerah tersebut, dan tidak terdapat di daerah lain), agar suatu daerah ditetapkan menjadi daerah burung endemik.
Direktur Puslit Biologi, LIPI, Dr. Dedy Damaedi, menyambut baik pentingnya kerjasama internasional, terutama untuk membangun kapasitas ahli biologi dan ahli konservasi bangsa Indonesia.
Menurutnya, mengingat lajunya penebangan hutan serta penurunan hutan tropika dan humida, maka penemuan spesies baru dan pelestariannya kini benar-benar berpacu dengan waktu, karena Indonesia sebagai negara yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi dikawatirkan banyak spesies yang akan punah sebelum sempat dikenal ilmu pengetahuan. (T. Gs/mul/ toeb/b)


sumber: http://www.indonesia.go.id


Ditemukan, Satu Spesies Burung Baru

Cibinong-Satu spesies burung baru asli Indonesia kembali ditemukan. Burung tersebut berasal dari Kepulauan Togian, Teluk Tomini, Sulawesi Tengah, yang dinamakan burung Kacamata Togian atau Zosterops Somadikartai.
“Penemuan spesies baru dan telaah ilmiah ini telah dipublikasikan dalam edisi Wilson Journal of Ornitology, yang merupakan jurnal ornitologi terkemuka di Amerika Serikat, Maret 2008 lalu,” jelas Prof Sumadikarta, pada acara release penemuan burung baru dan peluncuran buku daftar burung Indonesia nomor 2, di Cibinong, Jumat (14/3).


Burung Kacamata Togian telah diperkenalkan bagi ilmu pengetahuan sejak ditemukan pertama kali 12 tahun lalu oleh Indrawan dan Sunarto, peneliti lapangan dari Universitas Indonesia. Burung Kacamata merupakan kumpulan spesies yang bertubuh kecil, berwarna kehijauan dan umumnya memiliki lingkar mata berwarna putih. Dalam berperilaku, sangat aktif bergerak dalam kelompok-kelompok kecil. “Burung Kacamata Togian berbeda dengan spesies kacamata lainnya, karena tidak memiliki lingkaran putih di sekitar mata,” ungkap Sumadikarta. Mata spesies Kacamata Togian berwarna kemerahan dan warna parunya lebih kemerahan dibandingkan dengan yang lain.

Indonesia memiliki berbagai spesies burung Kacamata. Di Sulawesi dan pulau-pulau sekelilingnya terdapat tidak kurang dari sepuluh spesies dan subspesies. Bahkan, menurut peneliti luar negeri, sebenarnya terdapat 15 jenis burung Kacamata di Indonesia.

Menurut Dr Adi Basukriadi, dosen Fakultas MIPA Universitas Indonesia, penemuan spesies baru itu akan mendorong upaya yang lebih besar bagi pengembangan faksonomi. Direktur Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dr Dedy Darnaedi, juga menyatakan penghargaan setinggi-tingginya atas penemuan tersebut. (sulung prasetyo)

@Sinar Harapan


Indonesia Memiliki 1598 Spesies Burung

14 Maret 2008

JAKARTA : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bekerjasama dengan Indonesian Ornothologists Union (IdOU), Oriental Bird Club (OBC) dan Pusat Informasi Lingkungan Indonesia (PILI) menerbitkan Daftar Burung Indonesia No.2 (DBI No.2). Buku yang digarap sejak 2005 ini, mendapatkan kontribusi para ahli perburungan Malaysia, Jepang, Australia, Belanda, Inggris, dan Amerika.

Buku setebal 160 halaman telah memasukkan dan mengklasifikasikan 1598 spesies burung di Indonesia dalam kurun waktu 1992-2007. Selama periode tersebut telah terjadi penambahan 71 spesies baru dan mengeluarkan 6 spesies (secara toksonomi terbaru dan kondisi penyebaran, namun kondisi penyebaran secara geografis dinyatakan tidak masuk di wilayah Indonesia. Buku tersebut juga mengungkapkan terjadinya pengurangan 12 spesies burung endemik di Indonesia. Salah satu penyebab pengurangan tersebut, berubahnya status beberapa spesies endemik akibat pemisahan Timor Leste dari Indonesia.

Buku DBI No 2 menggunakan landasan toksonomi dari buku daftar burung Peter’s sequence. Buku Peters pertama kali diterbitkan pada 1936 yang lebih mengedepankan klasifikasi berdasarkan morfologi dan geografis dalam membedakan spesies satu dengan lainnya. Dalam perkembangan lebih lanjut sejak ditemukan DNA, beberapa ahli taksonomi memasukkan unsur-unsur analisis DNA menjadi faktor pendukung dalam klasifikasi bersama. (Lea)

Pembangunan,118 Spesies Burung Terancam Punah

19-03-2008

JAKARTA (SINDO) – Sebanyak 118 dari 1.598 spesies burung di Indonesia terancam punah.Kepunahan makin cepat akibat pembangunan. Pembangunan menjadi faktor utama terancamnya spesies burung di Indonesia. Ironisnya, di satu sisi pembangunan bertujuan demi kemajuan. Deputi Direktur Pusat Informasi Lingkungan Indonesia (PILI) Wishnu Sukmantoro menyatakan, pembalakan hutan dan rusaknya habitat burung sangat dominan menyebabkan spesies ini terancam punah.

Selain itu, penangkapan untuk kepentingan komersial juga memperparah statusnya. ’’Pembangunan masih dominan menjadi penyebab utama, baik oleh pemerintah pusat maupun daerah yang hanya berorientasi pada peningkatan pendapatan asli daerah (PAD),”ungkapnya. Ratusan burung yang terancam punah tersebut mulai burung semak, air, pantai, hingga burung hutan.Sementara itu,berdasarkan catatannya, sebanyak 16 spesies dalam status genting mendekati punah (endangered). Bahkan, satu spesies burung rawa endemik, trulek Jawa (Vanellus macropterus) –berdasarkan status Internasional Union for The Consevation of Nature and natural resources/IUCN– dalam status kritis terancam punah.

Namun, berdasarkan pengamatan di lapangan, spesies jenis ini sudah tidak ditemui semenjak 1968. ’’Secara faktual, kami sudah berkesimpulan bahwa spesies trulek Jawa sudah punah.Namun, ini masih harus dibuktikan secara ilmiah,”tuturnya. Selain trulek Jawa, sebelumnya juga ada spesies endemik burung pelanduk (sejenis burung semak) di Kalimantan yang konon sudah tidak teramati sejak 1800-an. Artinya, spesies ini diduga kuat sudah punah dari muka bumi.Sebab,diyakini satu-satunya spesimen yang tersisa dari burung ini berada di Belanda. Wishnu, yang juga salah satu penyusun buku Daftar Burung di Indonesia (DBI) No 2 ini, mengimbau pemerintah lebih mempertimbangkan kelestarian alam dalam melaksanakan pembangunan.

Berdasarkan data terakhir, sebanyak 372 spesies (23,28%) dari total 1958 spesies berstatus endemik hanya ada di Indonesia. Sementara itu, sebanyak 149 spesies (9,32%) merupakan burung migran yang masuk kategori jenis burung yang suka bermigrasi jarak jauh. Kategori spesies burung endemik itu tertinggi di Sulawesi, sebanyak 106 spesies burung endemik wilayah (Wil) dari 416 spesies burung di pulau itu.Kemudian, disusul Maluku 66 dari 365 spesies di kepulauan ini. Nusa Tenggara 46 (426 spesies), Papua 41 (671 spesies),Jawa 32 (507 spesies), Sumatera 26 (628 spesies), dan Kalimantan 1 (522 spesies). Sementara itu, untuk spesies burung endemik Indonesia (Id), tertinggi Sulawesi 117 spesies,Maluku (94), Nusa Tenggara (68), Jawa (56),Papua (55),Sumatera (44),dan Kalimantan (4). Memang tidak semuanya kabar buruk.

Sebab, eksplorasi yang dilakukan para peneliti masih sangat potensial menemukan spesies baru burung di Indonesia.Tercatat,di antara total 1.958 spesies burung di Indonesia, masih potensial bertambah 2–3 spesies baru lagi. Menurut Peneliti Senior dari Pusat Penelitian (Puslit) Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr Dewi Prawiradilaga, pihaknya sedang mengolah data tentang dua jenis burung potensial spesies baru hasil ekspedisi di Papua, yaitu sejenis burung sesap madu dan spesies baru Cendrawasih. Hal itu membuktikan bahwa Indonesia kaya akan keanekaragaman jenis spesies burung. Termasuk, penemuan spesies burung kacamata hitam Togian yang dimuat dalam jurnal ilmiah internasional pada Maret 2008 ini. ’’Dari ekspedisi Papua, kami akan mengeluarkan lagi jumlah spesies baru burung. Kami tengah mengolah datanya,”ungkapnya.

Dalam buku DBI No 2 yang disusun atas kerja sama lintas instansi antara LIPI, PILI, Wetland, dan lembaga lainnya yang tergabung dalam Perhimpunan Ornitologi Indonesia (POI) itu terdapat penambahan sebanyak 71 spesies baru sekaligus enam spesies burung yang dikeluarkan dari daftar spesies burung di Indonesia. Sebab, secara taksonomi dan geografis, penyebaran enam spesies tersebut dinyatakan tidak masuk wilayah Indonesia. Selain itu,pengurangan 12 spesies burung endemik itu karena berubahnya status akibat pemisahan Timor Leste dari Indonesia. Meskipun pembuatan daftar burung kelihatannya sepele, ternyata prosesnya sangat rumit.

Buktinya, dalam penggarapan DBI No 2 yang dilakukan sejak 2005 itu melibatkan kontribusi dari para ahli perburungan. Tidak hanya di Indonesia, juga dari Malaysia, Jepang, Australia, Belanda, Inggris,dan Amerika. Meskipun rumit dan membutuhkan proses yang tidak sebentar, Kepala Puslit Biologi LIPI Dedy Darnaedi menyatakan, pihaknya berniat mengeluarkan kompilasi daftar spesies burung di Indonesia yang menggunakan nama Indonesia, baik itu dalam hal nama burung dalam bahasa Indonesia yang belum dibakukan atau spesies yang mengabadikan nama orang Indonesia yang menemukannya.(abdul malik)

Sumber: Koran Sindo

Daftar Burung Indonesia

04.15.2008 by burungsulawesi in Buku, Daftar Burung

Buku daftar burung indonesiaUpaya dari sebuah kerja keras akhirnya membuahkan hasil. Sebuah buku yang diberi Judul ” Daftar Burung Indonesia No. 2″ yang merupakan buah karya anak bangsa sekarang sudah tersedia bagi siapa saja yang membutuhkannya.

Buku setebal 160 halaman tersebut memuat daftar 1598 spesies burung di Indonesia. Buku yang cover-nya didominasi warna hijau tersebut juga telah menambahkan 71 spesies baru ke dalam daftar burung Indonesia. Diungkapkan pula di dalam buku tersebut pengurangan 12 spesies burung endemik di Indonesia sebagai akibat dari dipisahkannya Timor Laste dari Indonesia.

Buku yang paling bersejarah bagi perkembangan dunia ornitologi di Indonesia ini bisa tersedia berkat kerjasama yang baik antara IdOU (Indonesian Ornithologists’ Union), LIPI, Pusat Informasi Lingkungan Indonesia (PILI) dan Oriental Bird Club (OBC).

Beberapa hari yang lalu, saya sungguh beruntung mendapat bingkisan buku tersebut dari seorang kawan yang tidak lain adalah Penanggung Jawab pembuatan buku tersebut. Terima kasih kepada Bapak Mochamad ‘Didi’ Indrawan atas hadiah buku tersebut. Buku ini menjadi rujukan yang sangat baik terutama bagi kami di Sulawesi.

Bagi Anda yang ingin mendapatkan buku tersebut, silahkan menghubungi langsung ke:

PILI-NGO Movement
Jl. Tumenggung Wiradireja No. 216 Cimahpar, Bogor, Jawa Barat
Telp. 0251-657002
Fax. 0251-657171
Email: ngo-move@indo.net.id
Website. www.pili.or.id

@burungsulawesi.web.id